Monday, April 13, 2015

Keterikatan, Kemesraan, dan Keintiman

Keterikatan, Kemesraan, dan Keintiman


Nama : Adam Al Muthahhir
NPM   : 10314155
Kelas  : 1TA02

Unsur Cinta Kasih Menurut Sarlito W. Sarwono

        Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan pengertian tentang cinta. Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dia. Kalau janji dengann dia harus ditepati, ada uang sedikit beli oleh-oleh untuk dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan: sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring-cangkir tanpa rasa risih, pinjam memimnjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang, dan seterusnya. Gambar berikut menunjukkan segitiga cinta.

          Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan, bahwa tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara sekandung yang penuh dangan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya. 
          Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya yang kurang. Cinta seperti itu dinamakan cinta yang pincang, karena gari-garis unsur cintanya tidak membuat segitiga sama sisi, seperti nyata pada gambar berikut. 
          Lebih berat lagi bila salah satu unsur cinta itu tidak ada, sehingga tidak terbentuk segitiga, cinta yang demikian itu tidak sempurna, dan dapat disebutkan sebagai cinta. 


Daftar Pustaka:
  • Nugroho, W., & Muchji, A. (1996). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma 

No comments:

Post a Comment